Lampu Teplok Hiasan Unik Pembangkit Rasa Syukur
Pada awal tahun 1990 lampu teplok masih banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat, terutama yang tinggal di daerah perdesaan. Pada saat itu daerah perdesaan masih banyak yang belum ada aliran listrik. Keadaan seperti ini membuatnya menjadi sumber cahaya untuk penerangan pada malam hari.
Kini ia telah ditinggalkan oleh masyarakat yang dahulu pernah mengandalkannya, sekarang untuk penerangan dimalan hari mereka menggunakan lampu pijar maupun neon, di mana lampu tersebut menggunakan listrik sebagai sumber energinya.
Bagi yang masih mempunyai lampu teplok sebaiknya jangan dibuang. Lentera yang kini telah ditinggalkan itu dapat dijadikan penghias rumah Anda. Cukup bersihkan saja namun jangan dicat agar tampak natural, kemudian tempelkanlah pada dinding ruang yang Anda kehendaki atau dapat juga ditempakan pada rak, meja, dan tempat yang lainnya.
Kesan unik akan dihadirkannya karena benda ini merupakan peralatan yang digunakan pada beberapa tahun lalu, sehingga tidak semua orang masih memilikinya. Dan bisa saja masa akan datang lampu teplok yang benar-benar berasal dari masa lalu dapat menjadi barang kuno yang sangat berharga.
Memang kini banyak yang menggunakannya sebagai souvenir pernikahan. Namun tentu saja akan berbeda nilainya jika itu benar-benar milik kita pada waktu dulu, daripada lampu teplok yang kita dapatkan saat mengahadiri resepsi pernikahan. Karena benda yang dijadikan sebagai souvenir pernikahan merupakan buatan zaman sekarang.
Sungguh ada kesan berbeda antara lampu teplok yang pernah digunakan untuk penerangan dimasa lalu, baik oleh diri kita sendiri maupun orang tua kita daripada yang didapatkan sebagai souvernir dari resepsi pernikahan.
Kesan berbeda itu adalah sebuah kenangan yang terkandung dalam lampu itu, sehingga dengan memajangnya pada sebuah ruangan tentu dapat mengingatkan kembali tentang bagaimana aktivitas dimalam hari yang pernah kita lewati.
Betapa malam-malam dahulu tidak seterang sekarang, berbagai aktivitas dilakukan hanya dengan cahaya yang redup. Beribadah, belajar, makan malam, saat berada di kamar mandi, dan tidur lampu inilah yang menemani kita. Bukan itu saja, saat berkumpul bersama keluarga, teman, dan tetangga, cahaya dari lampu teplok inilah sebagai penerangannya.
Jadi memang betapa sangat akrabnya dahulu dengan lentera yang kini telah tergantikan keberadaanya oleh lampu yang bersumber dari energi listrik itu.
Dengan mengingat kembali masa lalu yang telah terlewati bersama lampu teplok, maka hal ini sungguh dapat membangkitkan rasa syukur yang dalam bagi kita. Walaupun mungkin untuk orang yang terlahir setelah masa itu tidak merasakannya, namun mereka juga dapat mengetahui cerita tentang bagaimana melewati saat malam-malam itu.
Betapa tidak, dahulu ketika matahari hampir tenggelam maka akan disibukkan dengan mempersiapkan lampu yang akan digunakan pada malam hari. Mulai dari membersihkan semprong hingga mengisi minyak tanah, itulah yang dilakukan saat sore hari. Dan ketika hari mulai gelap, maka lampu dinyalakan menggunakan korek api.
Dan jika lampu dinyalakan terlalu besar, maka setelah bangun tidur maka akan terdapat kotoran hitam pada lubang hidung kita. Itu karena asap hitam yang dihasilkan oleh lampu teplok.
Berbeda dengan sekarang, sangatlah mudah untuk menyalakan lampu yaitu hanya dengan memencet tombol saklar listrik saja. Maka dengan cepat lampu akan menyala, cahaya yang dihasilkannyapun akan berbeda dengan lampu teplok. Sehingga dapat disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukakan, yaitu terang, redup, bahkan dapat berwarna-warni. Itu semua tergantung dari lampu yang kita pasang.
Dengan mengetahui perbedaan antara dahulu dengan sekarang tentang cara untuk mendapatkan penerangan serta kualitas dan aneka warna cahaya yang dihasilkannya, maka sudah sepantasnya jika kemudahan dan kenikmatan itu kita syukuri dengan sungguh-sungguh. Sehingga sambil mengenang masa lalu, kita akan mendapatkan pahala dengan mensyukuri atas nikmat dari-Nya.
Jadi lampu teplok bukan hanya dapat dijadikan hiasan yang unik saja, namun merupakan benda berharga sebagai sumber cerita kenangan di masa lalu. Lebih dari itu, juga menjadi media untuk mengingatkan kita agar selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT kepada kita.
Semoga bermanfaat...
Gabung dalam percakapan